ekspostborneonews. Online // Warga Jalan Antasari Baru, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara tersebut terlihat lemas dan beberapa bagiam tubuhnya lebam diduga bekas penganiayaan. 31/12/21
Pemuda berinsial R ini jadi korban penganiayaan oknum polisi hanya gara-gara salah panggil.
Kasus pemuda berinisial R ini kini tengah ditangani Propam Polres Nunukan.
Ketika dikonfirmasi Kapolres Nunukan, AKBP Ricky Hadianto membenarkan adanya kasus dugaan pengeroyokan oleh sejumlah oknum polres Nunukan terhadap R.
Kini, kasus oknum pemuda R ini tengah ditangani Propam.
Pemuda R ini melaporkan kasusnya ke polisi setelah berhasil kabur dari penyekapan sejumlah oknum polisi.
Terlihat pemuda R masih kesakitan akibat bekas-bekas penganiayaannya.
Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com, sesekali R meringis saat mengambil napas untuk memulai bicara, seringai kesakitan, nampak jelas dari mimik muka yang ia tunjukkan.
“Bagian dalam perut masih terasa ngilu kalau dipakai gerak, saya dipukuli dari malam sampai jam enam pagi,” ujar R, saat ditemui di rumahnya, Selasa (29/12/2021).
Luka lecet dan lebam tersebut diperoleh dari insiden yang terjadi Sabtu (25/12/2021) di depan toko tempatnya bekerja, di Jalan Tien Soeharto Nunukan Timur.
R menceritakan, sekitar pukul 01.00 Wita, ia melambaikan tangan sembari berteriak memanggil dua pengendara motor yang disangkanya temannya.
Ia tidak menyangka, teriakan yang disertai lambaian tangan tersebut dianggap tantangan, sehingga terjadi cekcok mulut berujung pemukulan.
“Saya didatangi oleh dua orang yang kukira temanku, awalnya yang bawa motor suruh saya duel dengan yang diboncengnya.
Tapi karena perawakannya kecil, dia suruh saya lawan dia saja. Saya emosi, langsung saja saya hantam pelipisnya,” tuturnya.
Bukannya mendapat perlawanan, korban pukulan hanya memberikan ancaman dan meminta R menunggu di lokasi tersebut.
“Dia bilang, saya salah orang kalau main pukul dan langsung pergi. Begitu kembali, dia bawa sekitar lima orang dan mengeroyok saya,” lanjutnya.
R lalu diseret ke tengah aspal, diminta tiarap dan diminta menengadah. Saat itu dia melihat pistol ditodongkan ke kepalanya dan dia akhirnya memilih pasrah.
Ia sangat terkejut karena ternyata orang yang dia pukul adalah aparat polisi.
“Kepala saya ditodong pistol dan digetok. Di situ saya tahu yang saya pukul ternyata polisi,” kata dia.
Disekap dan dipukuli beramai-ramai sampai pagi
Penganiayaan yang diterima R tak berhenti sampai disana. ia dibawa menggunakan sepeda motor ke sebuah kostan yang ada di wilayah Pasar Baru Nunukan.
Di kostan tersebut, sudah ada beberapa orang teman pengeroyoknya.
Tak lama kemudian, datang beberapa orang lagi yang dikatakan R berasal dari asrama polisi.
R tahu mereka dari asrama polisi karena ada teman yang ia kenal bernama S.
Terkejut melihat R menjadi korban pemukulan, S berusaha menengahi dan melerai.
Namun kelompok tersebut tetap tidak terima, sehingga sempat terjadi cekcok di kalangan mereka.
“Pintu dikunci, dan saya jadi bulan bulanan lebih dari sepuluh orang. Pukulan, tendangan saya terima.
Saya hanya bisa melindungi muka dengan kedua tangan sampai bengkak bengkak membiru.
Tidak ada artinya saya teriak minta ampun meski darah sudah keluar dari mulut dan hidung saat itu,” lanjut R.
Rambut R juga dicukur menggunakan pisau dengan sumpah serapah serta makian tanpa kasian
Pemukulan tersebut terjadi sampai sekitar pukul 06.00 wita.
“Jam enam pagi pintu sempat terbuka, saya lari keluar masih dikejar.
Begitu kedapatan, saya kembali dihajar, saya diinjak injak, ada warga setempat yang melihat tapi tidak mau ikut campur karena mereka bilang bahwa mereka aparat polisi,” imbuhnya.
S yang merasa kasihan kepada R kemudian mengantarkannya pulang ke rumah.
Ia hanya meminta maaf kepada R karena tidak bisa membantu dan segera menuju Polres Nunukan untuk bertugas.
“Keluarga membawa saya visum, dan melaporkan kejadian itu ke Propam Polres Nunukan.
Saya juga heran kenapa sampai disekap dan dihajar ramai-ramai di kostan.
Kalau pun bersalah, seharusnya diselesaikan di kantor polisi, apalagi lokasinya tidak jauh dari KSKP (Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan).
Sampai hari ini juga tidak ada permintaan maaf dari mereka, padahal kasusnya sudah diketahui pihak Polres Nunukan,” sesal R.
Penjelasan Lengkap Kapolres Nunukan
Kapolres Nunukan AKBP Ricky Hadianto membenarkan adanya kasus dugaan pengeroyokan oleh sejumlah oknum polres Nunukan terhadap R.
“Untuk internalnya, sekarang dalam proses bagian Propam. Mereka masih melakukan interogasi, dan saya belum menerima laporan secara keseluruhan,” jawabnya.
Sementara ini, baru dua oknum anggota Polres Nunukan yang menjalani pemeriksaan propam.
“Pelakunya polisi baru, adapun masalah kebijakan untuk penindakan, sudah saya ambil. Polisi baru yang masih bujang, semua tidak boleh keluar asrama.
Ini juga sebagai langkah agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
Mereka tidak boleh meninggalkan asrama,” jelasnya.
Ricky juga tidak membantah adanya insiden penodongan dan pemukulan dengan menggunakan senjata api.
“Informasi itu ada juga, namun kemungkinan bukan dari kami (yang melakukan).
Yang jelas, kami belum tahu persis (detil kejadiannya). Kita masih focus penyelidikan dibawa ke kostannya.
Untuk konsekuensi, kita akan melihat hasil penyidikan Propam dan laporan dari masyarakatnya seperti apa. Masih kita dalami,” tegasnya. (**Red )
0 Komentar