ekspostborneonews.online /// Sepaku, Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Balikpapan pada tanggal 31 Januari 2021 dalam rangka kegiatan kunjungan kerja dan menghadiri acara Pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2022-2027 dan Harlah Ke-96 NU.
Disela-sela kunjungan kerjanya Presiden Jokowi juga bertemu dengan tokoh masyarakat dan tokoh adat di Balikpapan.
Miris memang Dayak Balik Suku Asli Tuan Rumah Ibu Kota Nusantara di Sepaku terkesan terabaikan.
Banyak memang yang belum mengetahui keberadaan Dayak Balik yang sudah tergusur sejak jaman Belanda mengekplorasi tambang minyak bumi di Balikpapan.
Nama kota Balikpapan sendiri adalah asal dari suku Balikpapan, karena budaya ritual belian suku Balik adalah mengunakan ayunan dari papan yg di ayun bolak balik.bahasa baliknya papan ayun kayu kuleng sehingga sampai sekarang tempat bermukim orang Dayak Balik disebut Balikpapan.
Pengeboran pertama sumur minyak di kota ini dimulai pada 10 Februari 1897, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Balikpapan. Pada tahun 1907, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) mendirikan kantor di kota ini, yang kemudian diikuti oleh masuknya investasi dari berbagai perusahaan multinasional. Perekonomian kota yang tumbuh sangat pesat memancing banyak pendatang dan ekspatriat ke Balikpapan. Saat ini, Balikpapan telah menjadi kota besar yang multi-etnis dan sering dinobatkan sebagai salah satu kota paling layak huni di Indonesia.
Karena para pendatangnya sudah mempunyai bekal pendidikan dan ketrampilan sehingga penduduk asal Dayak Balik di Balikpapan tergusur ke pesisir Kota Balikpapan hingga Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur.
Kumunitas Dayak Balik saat ini banyak berada di Kecamatan Sepaku, karena adanya transmigrasi membuat penduduk asal Dayak Balik juga jadi minoritas di tanah kelahirannya. Terbukti dipemilihan kepala Desa di Kecamatan Sepaku hampir semua pendatang.
Dayak Balik sebelum agama Islam masuk masih beragama kepercayaan atau biasa di Kalimantan disebut kaharingan. Memeluk agama Islam akibat pengaruh kesultanan Paser yang mana
Pada saat Putri Petong berusia 22 tahun dilantik atau dinobatkan menjadi raja (raja pertama kerajaan Paser) yang semula kerajaan Padang Bertinti menjadi kerajaan Sadurengas.
Putri Petong menikah dengan Abu Mansyur Indra Jaya asal Timur tengah yang masih keturunan Habib. (Sumber: Buku karangan
M.Irfan lqbal)
Hampir 90 persen Dayak Balik saat ini memeluk agama Islam jadi hampir semua kebudayaan asal leluhurnya hampir hilang.
Situs budaya Dayak Balik masih bisa dijumpai pada kuburan tua yang berusia diatas ratusan tahun terbuat dari kayu Ulin hampir roboh masih ada sebagai bukti sejarah peradaban masa lampau.
Saat ini jarang ditemui Budaya Belian yang menjadi tradisi orang Dayak Pada umum untuk mengobati pasien yang sakit terjadi akibat salah atau biasa juga disebut pamali pada lahan tertentu dianggap keramat dilanggar atau akibat guna-guna dan kiriman orang lain yang tidak suka (sirik).
Dayak Balik budaya Bahasanya terancam punah jika tidak cepat diatasi akan cepat punah akibat jumlah populasi pendatang yang semakin meningkat, bagaimana kedepan jika sudah jadi Ibu Kota Nusantara populasi akan bertambah bisa sepuluh kali lipat bahkan lebih dari populasi saat ini.
Meskipun Dayak Paser dan Dayak Balik satu sub suku tapi dialek bahasa Dayak Balik tidak bisa diikuti boleh saudaranya Dayak Paser dan yang lainnya, tetapi orang Dayak Balik pasti bisa berkomunikasi fasih berbahasa Dayak Paser.
Dayak Luangan
Dayak Luangan adalah sub Suku Dayak Paser yang tergolong baru memeluk agama Islam diperkirakan pada tahun 1995 sehingga situs Budaya Dayak Luangan masih terjaga dan bisa disaksikan Sampai Sekarang.
Sub suku Dayak Paser di Kalimantan yang bahasanya mirip ada kekerabatan dengan:
Dayak Balik, Dayak Paser, Dayak Luangan, Dayak Dayak Benua, Dayak Bentian, Dayak Bawo, Dayak Deah dan Dayak Taboyan, ujar Raida.
Prof. Paulus Matius Sekum Ikatan Cendikiawan Dayak Nasional (ICDN) DPD Kalimantan Timur asal Dayak Benuaq yang juga memilik kekerabatan dengan budaya Pasee Balik menyampaikan: "Kelompok Luangan Regan Tatau : Paser, Benuaq, Bentian, Tonyooi (Kaltim), Taboyan, Dusun Witu, Dusun Malang '(Barut), Luangan Ampah '(Bartim), Deah (Tabalong) mempunyai kemiripan bahasa dan budaya dan mempunyai kiblat yang sama : Gunung Lumut. Skr ada usaha mempersatukan kelompok yg tersebar di Kaltim, Kaltwng dan Kalsel melalui Aliansi Luangan Regan Tatau yg diinisiasi para tokoh Regan Tatau, katanya.
Akankah Dayak Balik bisa bertahan dan menjadi tuan rumah di Ibu Kota Nusantara, atau akan sama dengan Suku Betawi di DKI Jakarta yang keberadaannya terpinggirkan oleh para pendatang, hanya waktu yang akan menjawab.
Pewarta : Maqdalena/Bajare007
0 Komentar