ekspostborneonews.online /// Provinsi Kalteng, Palangka Raya – Pendekatan Kampung Sayuran salah satu upaya penuhi ketersediaan bawang merah dan cabai. Hal tersebut diungkapkan Kadis TPHP Prov. Kalteng Riza Rahmadi. Senin (14/03/2022).
Sebagaimana pemberitaan media massa pekan terakhir, terjadi kenaikan pada komuditas bawang merah dan cabai, sehingga hal tersebut banyak dikeluhkan oleh warga masyarakat. Menanggapi hal tersebut Kadis TPHP Riza Rahmadi menyebut bahwa harga cabai dan bawang merah memang sudah terindikasi naik seminggu yang lalu, dimana untuk bawang merah berada di kisaran 40 sampai dengan 41,5 ribu, per/kg.
Sementara, untuk cabai rawit hijau 50 ribu per/kg, cabai merah besar dan cabai merah keriting 75 ribu/kg, cabai rawit merah 100 ribu/kg.
Menurut Riza kenaikan harga bawang merah disebabkan beberapa faktor, diantaranya luasan panen bawang merah turun jika dibandingkan dengan tahun 2020, dimana tahun 2020 luas panen 28,65 Ha, sementara tahun 2021 seluas 23,55 Ha atau turun 5,1 Ha. Penurunan luas panen ini mengakibatkan turunnya produksi dari 27,64 ku/ha menjadi 14,49 ku/ha.
“ Luas panen ini sangat bergantung pada kabupaten dan kota yang melakukan penanaman bawang merah, dimana untuk tahun 2020 ada 7 Kabupaten dan 1 kota yang melakukan penanaman yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara, Sukamara, Lamandau, Katingan, Murung Raya, dan Kota Palangka Raya. Sementara di tahun 2021 hanya di 5 Kabupaten yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Sukamara dan Pulang Pisau” ucap Riza.
Lebih lanjut tutur Riza, hal ini dikarenakan penyediaan benih berupa umbi masih tergantung benih dari jawa. Selain luas tanam dan panen yang turun juga dikarenakan cuaca ekstrem yang menyebabkan rendahnya produksi bawang merah, dan petani masih belum familiar dengan budidaya bawang merah.
Akan halnya masalah cabai, Riza Rahmadi menjelaskan baik cabai besar dan rawit juga mengalami penurunan luas panen dibandingkan tahun 2020, dimana cabe besar 302 Ha di tahun 2020, sementara di 2021 253 Ha atau turun 49 Ha.
Sementara, cabai rawit 1.145 Ha di tahun 2020 menjadi 979 Ha di tahun 2021. Penyebab hal tersebut hampir sama dengan komoditi bawang merah, disamping terjadi penurunan produksi, dikarenakan juga faktor cuaca ekstrem berupa curah hujan yang tinggi yang menyebabkan penyerbukan yang gagal terjadi, dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa penyakit pada tanaman cabai yang terjadi di musim penghujan.
Menyikapi kondisi demikian Pemerintah Provinsi mengambil langkah-langkah jangka pendek dan menengah untuk antisipasi kenaikan harga bawang dan cabai.
“Kita memaksimalkan bantuan Pemerintah baik APBN dari Direktorat Jenderal Hortikultura dan APBD dari Pemerintah Prov. Kalteng dengan mengoptimalkan pendekatan kampung sayuran yaitu kampung bawang merah dan kampung cabai, berupa sarana produksi yang mencakup benih, pupuk dan pestisida” beber Riza.
Selain itu, masih menurut Riza Rahmadi, dilakukan pendampingan dan pengawalan dalam budidaya bawang merah dengan penggunaan benih unggul berupa biji dan bukan umbi.
Menyelenggarakan bimbingan teknis dan sosialisasi tentang budidaya bawang merah, penggunaan benih unggul cabai hibrida untuk peningkatan produksi, gerakan pengendalian OPT bersama dengan BPTPH Provinsi, sehingga meminimalisir serangan OPT yang menurunkan produksi, dan pembinaan petani untuk menjadi penangkar benih bawang merah agar ketergantungan pada umbi bawang merah dari Jawa bisa diminimalisir.
Pewarta. : Titin
Sumber. :. Diskominfostkprovkalteng
0 Komentar